Masih Abu-abu, Legitimasi nya Masih Membutuhkan Penelusuran Lebih Dalam Lagi
Sumenep- Informasi dalam beberapa literatur sejarah maupun babad di Madura, menurut Budayawan Madura, Edhi Setiawan, SH belum bisa menjawab kapan tepatnya Islam masuk Kabupaten paling timur di Nusa Madura ini.
“Masih perlu kajian mendalam. Kita selama ini mendengar info bahwa Islam sudah di masa Jokotole. Tapi itu versi babad. Belum bisa dibuktikan kebenarannya,”kata Edhi, dalam sebuah bincang-bincang budaya bersama Media Center.
Pun, meski dalam daftar penguasa Sumenep ada yang berjuluk Panembahan, dan notabene merupakan penguasa jauh sebelum Jokotole, juga tak lantas bisa dijadikan acuan.
“Panembahan di masa itu masih belum umum digunakan. Nama Joharsari juga bukan nama-nama yang umum untuk masa itu,” katanya.
Oleh karenanya Edhi berpendapat, jika Islam mulai jadi agama kerajaan di masa setelah Jokotole. Sedang sebelum itu, masih abu-abu. “Artinya bisa saja Islam sudah ada yang menganut. Tapi dikatakan masuk ke suatu daerah, jika penguasanya memang sudah menganutnya,”imbuh Edhi.
Terpisah, salah seorang pemerhati sejarah di Sumenep, RB. Moh. Muhlis, berpendapat jika data yang selama ini ada tetap menjadi acuan selama belum ada data pembanding, atau hasil penelitian baru.
“Kalau selama ini catatan yang ada penguasa Sumenep yang sudah memeluk Islam sejak kurun 1300-an. Info ini jelas didukung oleh banyak riwayat lisan atau tulisan. Ya, memang ada yang bersumber pada babad,”jelasnya.
Namun, meski begitu, Muhlis sepakat jika harus ada upaya-upaya pelurusan sejarah jika memang ditemukan bukti-bukti baru.
“Sejarah itu dinamis. Ia memang kadang dijadikan alat kekuasaan. Alat legitimasi. Tapi di era ini, sejarah harus digali lagi, sampai terungkap hingga ke akar-akarnya,”pungkas Muhlis. (ANG/red)